23 Pernyataan Bersama MRP Se-Wilayah Papua
Pada tanggal 25 April 2024, sejarah mencatat momen penting di salah satu hotel di Jalan Cenderawasih, Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Di sana, terbentuklah sebuah entitas baru yang memegang peran krusial dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat adat Papua.
Dalam pembentukan asosiasi ini, Ketua MRP Provinsi Papua Tengah sebagai Koordinator, dan Ketua MRP Provinsi Papua Barat sebagai Sekretaris. Turut bergabung pula perwakilan dari MRP Provinsi Papua, Papua Selatan, Papua Pegunungan, dan MRP Papua Barat Daya.
Pada acara tersebut, Judson Waprak, yang menjabat sebagai Ketua MRP Papua Barat dan juga Sekretaris Asosiasi MRP se-Wilayah Papua, memiliki kesempatan untuk membacakan 23 pernyataan bersama Asosiasi MRP se-Wilayah Papua. Langkah ini menunjukkan keseriusan dan kesatuan dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat adat Papua secara bersama-sama.
Baca Juga : Pembentukan Asosiasi Majelis Rakyat Papua Se-Wilayah Papua
Berikut 23 Pernyataan Bersama MRP-Wilayah Papua :
- Membentuk Asosiasi MRP se-Wilayah Papua dengan Ketua MRP Provinsi PapuaTengah sebagai Koordinator dan Ketua MRP Provinsi Papua Barat sebagai Sekretaris, dan Ketua-ketua MRP Provinsi Papua, Provinsi Papua Pegunungan, Provinsi Papua Selatan dan Provinsi Papua Barat Daya sebagai Anggota. Koordinator dan Sekretaris Asosiasi bertugas selama satu setengah tahun sejak hari ini, untuk selanjutnya dipilih kepengurusan yang baru.
- Menugaskan pengurus Asosiasi untuk mempersiapkan materi usulan perubahan PP 54 Tahun 2004 tentang Majelis Rakyat Papua, termasuk di dalamnya fungsi dan peran Asosiasi.
- Pembiayaan Asosiasi berasal dari masing-masing MRP.
- Mendesak Pimpinan Pusat Partai Politik wajib mencalonkan Orang Asli Papua dari Wilayah Adat masing-masing untuk jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, dan Orang Asli Papua dari Kabupaten/Kota terkait sebagai Calon Bupati/Wakil Bupati dan Calon Walikota/Wakil Walikota dalam Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024.
- Terkait dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah tahun 2024, sesuai dengan prinsip lex specialis derogat lex generalis yang dimiliki oleh Undang-undang Otonomi Khusus Papua, mendesak Pemerintah dan DPR-RI untuk melakukan harmonisasi UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah, UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik dan UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 dengan Undang-undang Otonomi Khusus Papua.
- Ketua DPRP dan DPRK wajib Orang Asli Papua dari partai pemenang.
- Keanggotaan DPRP dan DPRK melalui pemilihan umum setidak-tidaknya 80% OAP dan 20% Non OAP.
- Menyambut baik inisiatif Kementerian Dalam Negeri untuk mempercepat perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2004 tentang Majelis Rakyat Papua, sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2008, dalam rangka pemantapan peran dan fungsi MRP memberikan perlindungan, pemihakan dan pemberdayaan Orang Asli Papua.
- Calon DPR-RI dan DPD RI harus Orang Asli Papua.
- Mengutamakan Orang Asli Papua di dalam pengisian jabatan struktural Pemerintah dan Pemerintah Daerah di Wilayah Papua.
- Sejalan dengan semangat kerjasama di dalam Asosiasi MRP Se-Wilayah Papua, mendorong kerjasama antarpemerintah, provinsi, kabupaten dan kota dalam rangka peningkatan kesejahteraan Orang Asli Papua dalam bidang Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi Kerakyatan, dan Infrastruktur.
- Dalam rangka mempercepat pembentukan Peraturan Gubernur dan Rancangan Perdasus dan Perdasi sebelum terbentuk DPRP, MRP mendesak para Gubernur untuk mengikutsertakan MRP dalam pembentukan Peraturan Gubernur dan Rancangan Perdasus dan Perdasi dimaksud.
- Peningkatan Dana OTSUS Papua secara signifikan dari alokasi yang ada sekarang untuk membiayai pembangunan jalan dan jembatan di kampung-kampung, peningkatan dan persebaran fasilitas pelayanan umum seperti Rumah Sakit Umum Daerah Tipe B di Nabire, Merauke, Wamena dan Sorong; Universitas Negeri di Wamena, Nabire dan Sorong; Pembangunan dan penambahan panjang landasan pacu di Nabire dan Wamena/tempat lain; Perluasan pelabuhan laut dan kontainer di Wilayah Tanah Papua; Penambahan kapal antarpulau dan kampung di pesisir; Penambahan jumlah pesawat Amfibi; Peningkatan subsidi transportasi udara untuk pemasaran hasil produksi masyarakat; Pembiayaan Sekolah Sepanjang Hari dan sekolah berpola asrama, pendidikan vokasi dan Balai Latihan Kerja, dan program 1 Kampung 1 PAUD; Pembangunan dan peningkatan layanan kesehatan di puskesmas, pustu, dan polindes untuk mendukung tercapainya program 1 Bidan 1 Kampung; Perbaikan dan penambahan pembangunan rumah sehat bagi masyarakat adat yang dilengkapi dengan air bersih, sanitasi dan penerangan; Pembangunan rumah adat dan simbol adat; dan Peningkatan kinerja MRP.
- Mendesak Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan dana guna membiayai pendidikan remedial, matrikulasi, dan/atau pra-perguruan tinggi (umum dan kedinasan) bagi Orang Asli Papua lulusan sekolah menengah dalam rangka meningkatkan peluang mereka untuk diterima di pendidikan kedinasan (Akpol, Akmil, IPDN, STAN, dan lain-lain) serta pendidikan bidang-bidang langka lainnya yaitu Kedokteran, Teknik, Energi Listrik, Air Bersih, Transportasi Udara, Laut dan Darat, Telekomunikasi, Lingkungan, Konservasi Sumberdaya Alam, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
- Mendesak pembentukan Dana Abadi, sesuai amanat UU Otonomi Khusus Papua, untuk membiayai peningkatan SDM Orang Asli Papua dalam jangka panjang di dalam negeri maupun di luar negeri, serta meminta Menteri Keuangan untuk mengalokasikan beasiswa LPDP pendidikan Strata-1 bagi Orang Asli Papua lulusan sekolah menengah yang berprestasi.
- Menyadari tentang pentingnya peran masyarakat Orang Asli Papua dalam pendidikan non formal (rumah baca, sekolah minggu, pengajian anak) mendesak Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan pendanaan yang dibutuhkan.
- Dalam rangka perlindungan sumberdaya tanah milik masyarakat hukum adat Papua, maka MRP mendesak untuk dilakukan: (1). Pemetaan tanah adat secara partisipatif; (2). Legitimasi kepemilikan masyarakat hukum adat atas tanah melalui Peraturan Daerah; (3). Pemberlakuan sistem sewa/kontrak tanah adat.
- Mewajibkan setiap kegiatan investasi, khususnya kegiatan investasi yang mengelola sumberdaya alam, untuk menghargai hak-hak masyarakat hukum adat melalui pemberian saham dan kesempatan berusaha bagi perusahan-perusahan milik Orang Asli Papua, termasuk di dalamnya menciptakan kemudahan dalam mengakses permodalan.
- Mendesak Pemerintah dan Pemerintah Daerah, serta dunia usaha untuk memprioritaskan Orang Asli Papua dalam penerimaan pegawai.
- MRP mendorong kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Badan Pusat Statistik dalam pendataan Orang Asli Papua sampai di Tingkat Kampung.
- Mendorong penguatan tugas dan wewenang serta hak Kelompok Khusus DPRP melalui mekanisme pengangkatan, dengan melakukan perubahan pada UU MD3, serta membentuk kaukus MRP, DPRP dan DPRK jalur pengangkatan, serta anggota DPR-RI, DPD-RI, DPRP dan DPRK Orang Asli Papua.
- Menyerukan kepada semua pihak untuk selalu mengedepankan pendekatan humanis dan damai, sesuai dengan ajaran agama dan adat istiadat di Wilayah Papua, dalam penyelesaian konflik keamana dan masalah-masalah kemanusiaan. Majelis Rakyat Papua ikut serta di dalam upaya humanis dan damai dimaksud.
- Mendesak Presiden Republik Indonesia, Wakil Presiden Republik Indonesia sebagai Ketua BP3OKP, DPR-RI, DPD-RI, Pimpinan Partai Politik di Pusat, KPU RI, Gubernur dan DPRP untuk mendukung pernyataan Majelis Rakyat Papua Se-Wilayah Papua ini.